Senin, 01 Desember 2008

Suatu Hari di Malam Natal...

Kisah nyata ini terjadi di malam Natal pada saat perang dunia ke-satu ditahun 1914, tepatnya di front perang bagian barat di Eropa. Pada saat tersebut tentara Perancis, Inggris dan Jerman saling baku tembak satu dengan yang lain. Di malam Natal yang dingin dan gelap begini, hampir setiap prajurit merasa sudah bosan dan muak untuk berperang, apalagi telah berbulan–bulan mereka meninggalkan rumah mereka, jauh dari istri, anak maupun orangtuanya.
Pada malam Natal biasanya mereka selalu berkumpul bersama dengan seluruh anggota keluarganya masing-masing, makan bersama, bahkan menyanyi bersama dibawah pohon terang di hadapan tungku api yang hangat.

Berbeda dengan malam Natal yang sekarang ini, di mana cuaca di luar sangat dingin sekali dan saljupun turun dengan lebatnya, mereka bukannya berada diantara anggota keluarga yang mereka kasihi, melainkan berada di hadapan musuh perang mereka yang setiap saat bersedia untuk menembak mati siapa saja yang bergerak.
Tiada hadiah yang menunggu selainnya peluru dari senapan musuh, bahkan persediaan makananpun sudah berkurang jauh, sehingga hari inipun hampir seharian penuh mereka belum makan. Pakaianpun basah kuyup karena turunnya salju. Biasanya mereka berada di lingkungan suasana yang hangat dan bersih,tetapi kali ini mereka berada di dalam lubang parit, seperti layaknya seekortikus, boro-boro bisa mandi dan berpakaian bersih, tempat di mana merekaberada sekarang inipun basah, becek penuh dengan lumpur. Mereka menggigil kedinginan. Rasanya tiada keinginan yang lebih besar pada saat ini selain rasa damai untuk bisa berkumpul kembali dengan orang-orang yang mereka kasihi.

Seorang tentara sedang merintih kesakitan karena barusan saja terkena tembakan, sedangkan tentara lainnya menggigil kedinginan, bahkan pimpinanmereka yang biasanya keras dan tegas entah kenapa pada malam inikelihatannya sangat sedih sekali, terlihat air matanya turun berlinang, rupanya ia teringat akan istri dan bayinya yang baru berusia enam bulan. Kapankah perang ini akan berakhir ? Kapankah mereka akan bisa pulang kembalike rumahnya masing-masing ? Kapankah mereka bisa memeluk lagi orang – orang yang mereka kasihi ? Dan masih merupakan satu pertanyaan besar pula, apakahmereka bisa pulang dengan selamat dan berkumpul kembali dengan istri dananak - anaknya ? Entahlah...
Tidak sepatah katapun terdengar. Suasana malam yang gelap dan dingin terasahening dan sepi sekali, masing-masing teringat dan memikirkan keluarganya sendiri. Selama berjam-jam mereka duduk membisu seperti demikian.

Tiba-tiba dari arah depan di front Jerman, ada cahaya kecil yang timbul danbergoyang, cahaya tersebut kelihatan semakin nyata. Rupanya ada seorang prajurit Jerman yang telah membuat pohon Natal kecil yang diangkat ke atas dari parit tempat persembunyian mereka, sehingga nampak oleh seluruh prajurit di front tersebut.
Pada saat yang bersamaan terdengar alunan lembut suara lagu “Stille Nacht,heilige Nacht" (Malam Kudus), yang pada awalnya hanya sayup-sayup kedengarannya, tetapi semakin lama lagu yang dinyanyikan tersebut semakin jelas dan semakin keras terdengar, sehingga membuat para pendengarnya merinding dan merasa pilu karena teringat akan anggota keluarganya yang berada jauh dari medan perang ini.

Ternyata seorang prajurit Jerman yang bernama Sprink yang menyanyikan lagu tersebut dengan suara yang sangat indah, bersih, dan merdu. Prajurit Sprink tersebut sebelumnya ia dikirim ke medan perang adalah seorang penyanyi tenor opera yang terkenal. Rupanya suasana keheningan dan gelapnya malam Nataltersebut telah mendorong dia untuk melepaskan emosinya dengan menyanyikan lagu tersebut, walaupun ia mengetahui dengan menyanyikan lagu tersebut,prajurit musuh bisa mengetahui tempat di mana mereka berada.
Ia bukan hanya sekedar menyanyi dalam tempat persembunyiannya saja, ia berdiri tegak, tidak membungkuk lagi, bahkan ia naik ke atas sehingga dapat terlihat dengan nyata oleh semua musuh-musuhnya. Melalui nyanyian tersebutia ingin membawakan kabar gembira sambil mengingatkan kembali makna dariNatal ini, ialah untuk berbagi rasa damai dan kasih. Untuk ini ia bersedia mengorbankan jiwanya, ia bersedia mati ditembak oleh musuhnya. Tetapi apa yang terjadi, apakah ia ditembak mati?

Tidak! Entah kenapa seakan-akan ada mukjizat yang terjadi, sebab pada saat yang bersamaan semua prajurit yang ada di situ, satu demi satu turut keluardari tempat persembunyiannya masing-masing, dan mereka mulai menyanyikannyabersama. Bahkan seorang tentara Inggris musuh beratnya Jerman, turut mengiringi mereka menyanyi sambil meniup dua peniup bagpipes (alat musikSkotlandia) yang dibawanya khusus ke medan perang. Dengan perasaan terharu mereka turut menyanyikan lagu Malam Kudus. Hujan air mata tak dapat dibendung. Air mata dari mereka yang berada jauh dari orangtua, anak, calonistri, kakak, adik, dan sahabat mereka.
Yang tadinya lawan sekarang menjadi kawan, sambil saling berpelukan mereka menyanyikan bersama lagu Malam Kudus dalam bahasanya masing - masing, disinilah rasa damai dan sukacita benar - benar terjadi. Setelah itu, mereka meneruskan menyanyi bersama dengan lagu Adeste Fideles (Hai Mari Berhimpun),mereka berhimpun bersama, tidak ada lagi perbedaan pangkat, derajat, usia maupun bangsa, bahkan perasaan bermusuhanpun hilang dengan sendirinya.

Mereka berhimpun bersama dengan musuh mereka yang seyogyanya harus saling tembak, membunuh satu dengan yang lain, tetapi entah kenapa dalam suasana Natal tersebut mereka ternyata bisa berkumpul dan menyembah bersamakelahiran-Nya Sang Juru Selamat. Rupanya inilah mukjizat Natal yang benar -benar bisa membawa suasana damai di malam yang suci...

Tidak ada komentar: