Hari itu Aku melihatNya sedang duduk termenung di kursi kesayanganNya. WajahNya muram, seolah-olah sedang memikirkan suatu masalah dan belum menemukan jalan keluarnya.
Aku menghampiriNya... Kutepuk pundakNya... Ia menoleh kepadaKu. Aku duduk dekat di kakiNya, kuletakkan tanganKu di pangkuanNya. Ia memandangKu dengan tatapan mataNya yang lembut, perlahan Ia tersenyum kepadaKu. Senyum itu... Aku tahu, senyum itu bukan senyum bahagia. Ia sedih, Aku yakin!
"Bapa, apa yang membuatMu sedih?", tanyaKu kepadaNya. Ia memalingkan wajahNya, memandang ke arah yang lain dan..."AnakKu, Kau lihat umat ciptaanKu... yang Kuciptakan serupa dengan gambar Kita... hatinya telah berpaling dariKu. Mereka telah tertipu oleh iblis. Mereka telah jatuh sangat dalam di dalam dosa. Dan... Aku ingin mereka kembali kepadaKu..." Kurasakan air mataNya menetes di tanganKu. HatiKu hancur...
"Bapa, adakah cara untuk membawa umatMu kembali padaMu?", tanyaKu sekali lagi. "Hanya dengan darah yang kudus dan tak bercela saja. Yang mampu membasuh dosa semua umatKu sehingga tak ada lagi penghalang bagi mereka untuk datang kembali kepadaKu.", jawabNya.
Aku menghampiriNya... Kutepuk pundakNya... Ia menoleh kepadaKu. Aku duduk dekat di kakiNya, kuletakkan tanganKu di pangkuanNya. Ia memandangKu dengan tatapan mataNya yang lembut, perlahan Ia tersenyum kepadaKu. Senyum itu... Aku tahu, senyum itu bukan senyum bahagia. Ia sedih, Aku yakin!
"Bapa, apa yang membuatMu sedih?", tanyaKu kepadaNya. Ia memalingkan wajahNya, memandang ke arah yang lain dan..."AnakKu, Kau lihat umat ciptaanKu... yang Kuciptakan serupa dengan gambar Kita... hatinya telah berpaling dariKu. Mereka telah tertipu oleh iblis. Mereka telah jatuh sangat dalam di dalam dosa. Dan... Aku ingin mereka kembali kepadaKu..." Kurasakan air mataNya menetes di tanganKu. HatiKu hancur...
"Bapa, adakah cara untuk membawa umatMu kembali padaMu?", tanyaKu sekali lagi. "Hanya dengan darah yang kudus dan tak bercela saja. Yang mampu membasuh dosa semua umatKu sehingga tak ada lagi penghalang bagi mereka untuk datang kembali kepadaKu.", jawabNya.
Dan disinilah Aku... di kayu salib ini... Aku curahkan darahKu untuk membasuh umat kesayangan BapaKu. Supaya Aku dapat melihat senyum bahagia itu kembali terukir di bibirNya.
"...Cinta kuat seperti maut..." (Kidung Agung 8:6)
Terimakasih Tuhan karena telah mengasihi kami.